SELAMAT DATANG DI BLOG RACANA UNIVERSITAS KUNINGAN

Selamat datang di blog racana universitas kuningan, semoga dengan adanya blog ini menjadikan perkembangan yang berarti terhadap perkembangan Gerakan Pramuka Universtas Kuningan dan Gerakan Pramuka umumnya.

Senin, 26 November 2012

Sejarah Sang Adipati Kuningan


Menurut sumber tradisi Kuningan bahwa setelah Sang Adipati Kuningan meninggal dunia, ia digantikan oleh salah seorang putranya yang dikenal dengan julukan Geusan Ulun. Sumber lain menyebutkan bahwa Geusan Ulun Kuningan tersebut sebenarnya bernama Kusumajaya. Nama Geusan Ulun pada kurun waktu yang sama (sekitar abad XVI-XVII) juga dikenal di daerah lain yaitu Geusan Ulun Sumedang, yang bernama Angkawijaya. Geusan Ulun pengganti Sang Adipati Kuningan ini diberitakan mempunyai banyak istri. Mungkin sekali perkawinan yang dilakukannya itu mempunyai arti politik. Wanita-wanita yang diperistrinya itu mungkin puteri-puteri dari tokoh-tokoh setempat yang mempunyai kedudukan penting atau berpengaruh di daerahnya. Diceriterakan bahwa Pangeran Geusan Ulun Kuningan mempunyai 40 putera-puteri, yang kebanyakan mendapat sebutan “Dalem”. Adapun nama ke-40 orang putera-puteri Geusan Ulun seperti dikenal dalam ceritera rakyat adalah sebagai berikut:
1. Dalem Mangkubumi, yang dimakamkan di Purwawinangun
2. Dalem Citangtu, dimakamkan di Desa Citangtu
3. Dalem Pasawahan
4. Dalem Panyilih
5. Dalem Koncang
6. Nyai Panembahan Girilaya
7. Dalem Aryajaya
8. Nyai Gedeng Anggadiraksa
9. Nyai Gedeng Jati
10. Dalem Kasturi
11. Dalem Dagojawa, dimakamkan di Purwawinangun
12. Nyai Kuwu Cirebon Girang
13. Adipati Ukur
14. Nyai Gedeng Panguragan
15. Dalem Winduherang, dimakamkan di Purwawinangun
16. Dalem Salahonje
17. Dalem Nayapati
18. Nyai Aria Salingsingan
19. Dalem Karawang
20. Dalem Amonggati (Somagati), dimakamkan di tepi Sungai Citamba
21. Dalem Cihideung
22. Dalem Cengal
23. Nyai Musti
24. Dalem Keko
25. Dipati Barangbang
26. Dalem Paduraksa
27. Dalem Cigugur
28. Dalem Tembong
29. Dalem Cikandang
30. Nyai Dalem Sumedang
31. Dalem Cibinuang, dimakamkan di Desa Cibinuang
32. Dalem Maruyung
33. Dalem Bolostrong
34. Dalem Tarka
35. Dalem Haurkuning
36. Dalem Wirajaya, dimakamkan di Kelurahan Kuningan
37. Dalem Mungku
38. Dalem Cigadung
39. Dalem Cageur
40. Dewi Ratna Cempaka
(Sumber : Tisnawerdaya dan Mansur, t.th: 16-17).
Dari nama diri atau julukan para putera Geusan Ulun itu dapat ditafsirkan bahwa sebagian besar dari mereka menjadi penguasa lokal atau menjadi istri penguasa lokal di wilayah Keadipatian Kuningan dan luar Kuningan. Beberapa orang puteranya disebut dengan julukan dalem yang diiringi dengan nama tempat kedudukannya. Dalem adalah julukan bagi seseorang yang pernah menjadi kepala pemerintahan di sebuah daerah tertentu.
Adapun putera tertua Geusan Ulun yang disebut Dalem Mangkubumi selanjutnya menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati (di) Kuningan, tetapi dalam lingkup kekuasaan dan daerah yang lebih kecil. Bisa jadi ia mengkoordinir daerah-daerah lainnya yang diperintah oleh adik-adiknya. Kemungkinan Mangkubumi itu bukan nama diri, melainkan sebagai nama gelar atau julukan. Dalam susunan pemerintahan di Kerajaan Sunda, mangkubumi itu merupakan nama jabatan di bawah kedudukan raja yang bertugas menangani hal-hal yang bertalian dengan urusan tanah.
Sehubungan dengan tokoh Dalem Mangkubumi, terkait dengan nama Kebumen yang terletak di sebelah selatan Masjid Syiarul Islam sekarang. Lokasi tersebut adalah bekas tempat kedudukan Dalem Mangkubumi ketika memegang pemerintahan. Kata Kebumen dari ka-bumi-an yang bermakna lokasi atau tempat, menjadi kabumian lalu berubah menjadi kebumen. Kebumen mengandung arti tempat tinggal pemegang pemerintahan (mangkubumi). Memang kegiatan pemerintahan di daerah Kuningan dulu berpusat di sekitar alun-alun kota Kuningan (sekarang halaman Masjid Syiarul Islam Kuningan). Hal itu sesuai dengan konsep tata kota lokasi pusat pemerintahan menurut tradisi Cirebon. Bahwa pusat kota atau bangunan tempat kegiatan pemerintahan (keraton, pendopo kabupaten) terletak di sebelah selatan alun-alun, mesjid sebagai tempat ibadah di sebelah barat alun-alun, pasar sebagai tempat kegiatan perdagangan di sebelah utara alun-alun, dan penjara sebagai tempat tahanan penjahat di sebelah timur alun-alun. Demikianlah, Kebumen itu sejak masa lalu telah menjadi tempat kedudukan “penguasa Kuningan”, sampai akhirnya Kabupaten (ka-bupati-an/ tempat kedudukan bupati) ini pindah ke tempat sekarang (Jl. Siliwangi 88) yang tadinya merupakan tempat kediaman asisten residen pada masa Hindia Belanda.
ada juga yang menyebut dengan julukan “Ranggamantri”. Padahal di generasi berikutnya kita lihat juga ada nama Ranggamantri (Pucuk Umun Talaga). Dari hal tersebut seolah-olah nama Ranggamantri muncul sebagai : 1) nama lain dari Prabu Surawisesa / Rd. Suralaya, dan 2) Pucuk Umun Talaga (putera dari Rd. Munding Surya). Kiranya nama Ranggamantri ini bukanlah nama orang yang sesungguhnya, tetapi sepadan dengan nama gelar jabatan para bangsawan istana/keraton, seperti halnya: Adipati, Tumenggung, dll.
Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa sepeninggal Rd. Kusumajaya (Geusan Ulun Kuningan), sebenarnya beliau mempunyai banyak putera & puteri (sebagaimana saya jelaskan dalam tulisan lain di blog ini). Namun yang ditulis hanya Mangkubumi karena beliaulah yang mempunyai andil besar dalam meneruskan estafet pemerintahan di Kuningan pada masa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar